WIWIN DONGENG MANAGEMENT

Sunday, August 17, 2008

Nasionalisme digantikan budaya popisme


Beberapa tahun terakhir kita bisa merasakan gema nasionalisme mulai memudar. Budaya Pop, budaya konsumerisme, budaya korup dan budaya-budaya lain yang berkonotasi negative mulai menggantikan posisinya. Kita mulai jarang mendengar heroism bergema karena keberadaannya mulai tergusur atau digusur. Eksistensinya dianggap mengganggu kemapanan orang-orang tertentu yang dienakkan dengan ketidak pastian yang berlangsung. Akibatnya ketidak acuhan berlangsung dan ironisnya terjadi pembiaran oleh pemerintah dan para pendidik. Budaya egois semakin terasa. Dan merajalela.

Bahkan ditengarahi muncul budaya militan yang bebal mencoba meggertak kemapanan budaya local. Mereka berbaju agama dan intens menunjukkan eksistensinya. Benih-benih perpecahan mulai tumbuh disana sini. NKRI terancam. Yang tidak habis mengerti justru pemerintah seperti gamang dan ketakutan dengan fenomena ini. Pemerintah (baca : presiden) seperti ciut nyalinya bertindak tegas. Lantas anarkhi merajalela. Dengan dalih agama mereka menghancurkan apa saja yang tidak sepaham dengan mereka. Polisi seperti dibuat bodoh dan tidak berani berbuat apa-apa. Lebih memprihatinkan lagi para pendiri organisasi ekstrim tersebut justru didirikan oleh para petinggi TNI dan Polri. Hei, para penguasa QUO VADIS INDONESIA?

Peringatan Kemerdekaan berulang kita peringati namun sepi makna, sepi rasa, sepi heroic, melulu kerutinan dan hura-hura. Budaya Pop dan ekstrim mendominasi dan kita duduk manis dikursi empuk diruang tamu menyaksikan berita di tv apa bakal terjadi dengan kapal besar Indonesia. Bilakah tenggelam …..

No comments: