WIWIN DONGENG MANAGEMENT

Sunday, February 22, 2009

Save your children through Story Telling


Waktu ku kecil, ibu dan nenek selalu mendongengkan cerita kepada kami lima bersaudara sebelum tidur. Banyak dari dongeng-dongeng tersebut yang masih kuingat sampai saat ini, diantaranya si kancil mencuri ketimun, bawang merah bawang putih dan kisah petualangan mbah kung (kakek) dan mbah uti (nenek) pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Cerita-cerita tersebut begitu membekas dalam memori hingga seolah aku mengalami sendiri dan ikut terlibat di dalam alur ceritanya. Tanpa kusadari ada banyak pelajaran yang aku ambil sebagai pembelajaran dan pendewasaan dalam bersikap, bertutur dan bertindak dalam hidup. Sebuah dongeng yang kadang diceritakan secara berulang atau sambil terkantuk-kantuk oleh ibu atau nenek kita ternyata berimplikasi cukup luas walau kadang ia memasuki alam bawah sadar kita tanpa permisi namun ia tetap eksis walau secara tidak langsung dalam keseharian kita.

Waktu berputar dan berubah begitu cepat, kini dongeng tidak lagi mendominasi kehidupan kita digantikan oleh televisi yang menemani dari saat kita bangun tidur di pagi hari sampai kita hendak tidur lagi di malam hari. Dia mendominasi hari-hari tanpa bisa kita tolak karena selalu menyuguhkan segala hal dan dikemas dengan cukup menarik. Mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek keranjingan sebuah kotak ajaib yang bernama televisi ini. Dia menghipnotis alam bawah sadar kita menjadi sosok-sosok yang mengagung-agungkan brand, mengagung-agungkan style yang pada ujung-ujungnya adalah market yang disulap dan dikemas dengan sangat menarik. Semua orang terpukau dan selalu ingin dan berupaya memiliki semua yang ditawarkan. Tujuan hidup menjadi tidak lagi luhur dan mulia melainkan kebendaan dan kepalsuan. Bahkan banyak diantara kita tidak tahu atau lupa tujuan hidup karena terlena dengan mimpi-mimpi yang ditawarkan oleh produsen. Kita dalam menjalani hari-hari seolah tidak berpijak di bumi, kita seolah melayang-layang pada realita abu-abu dan banyak yang meyakininya sebagai tujuan hidup. Sungguh memprihatinkan.

Satu dekade belakangan ini kita terlena dan terpesona oleh acara yang bernama sinetron. Ia hadir tidak lagi sebagai pelepas lelah namun menjadi keharusan. Dia hadir dalam setiap nafas yang kita hirup, dia menjual rasa penasaran dan membuat kita dengan rela harus menyisihkan waktu kita yang berharga untuk selalu setia di depan televisi mengikuti episode demi episode yang tak habis-habis. Ia menyeruak dan merasuk kedalam emosi dan pikiran. Ia mengobrak-abrik tatanan yang selama ini dibentuk para orang tua kita. Ia menguras air mata kita, ia menyulut emosi kita, ia gambaran hidup yang seolah nyata. Perubahan makna dari kehidupan yang religious, kebersamaan, cinta kasih dan tata krama berganti dengan kemarahan, dendam, hedonism, kepalsuan dan begitu banyak lagi norma-norma tak senonoh yang merasuki relung pikiran kita sebagai sebuah kewajaran. Ia datang bagai air bah, tak terbendung, suaranya memenuhi setiap sudut ruang dalam kehidupan. Pola pikir generasi menjadi seragam dan berjalan menuju satu titik yang sama yaitu pasar.

Para orang tua, para pendidik mulai khawatir dengan fenomena di atas namun banyak yang pasrah dan tidak melakukan apapun dengan membiarkan segalanya terjadi begitu saja. What will be will be … Namun ada juga yang mulai gelisah dan membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi di dalam rumah dengan cara membatasi waktu anak-anak di depan televisi, menyaring apa yang boleh dan tidak ditonton. Namun berapa persen yang bisa terselamatkan oleh ganasnya arus globalisasi dan gombalisasi ini, mengingat sehari-hari anak selalu bergaul lebih lama dengan pembantu dari pada dengan orang tua yang dalam era persamaan gender sebagian besar perempuan bekerja lantaran persaingan hidup yang semakin sulit dan ketat? Ayo bertindak sebelum terlambat para bapak-bapak dan ibu-ibu, para pendidik, para sosiolog, pokoknya para bijak bestari semua …

Lamunan dan keresahan ini akhirnya melemparkan aku pada ingatan masa kecil yang begitu kebak dengan makna dan tawa. Berlarian bersama teman-teman di lapangan pada saat bulan purnama, bersekolah dengan kaki telanjang dan banyak lagi kenangan yang membekas yang kesemuanya jauh dari perasaan iri dan dengki, hanya kepolosan anak-anak. Dongeng, dongeng, dongeng dan dongeng, kata itu mengiang-ngiang ditelinga pikirku. Sebuah media pendidikan bermuatan tatakrama, agama dan hal-hal positif lain tanpa ada embel-embel iklan. Di sini anak-anak diajak berimajinasi, diajak berkspresi berdasarkan kapasitas masing-masing. Anak tidak lagi kita suguhkan sesuatu yang instan dan tinggal Leb (kayak iklan makanan aja, he3x). Anak-anak belajar jadi tahu dengan proses berpikir dan bukan tahu karena disodorkan didepan matanya tentang sebuah kebenaran yang relative. Ya, dongeng adalah alternative penyembuh dari keseragaman pikir yang selama ini memang dimau oleh pasar. Ayo, semua para bapak, ibu, kakak, kakek, nenek atau siapapun dia yang punya konsen terhadap kebangkitan generasi yang mandiri, ini saatnya kita menghidupkan dongeng dalam kehidupan anak-anak. Kita bawa anak-anak kealam imajinasi dan pemikiran yang konstruktif. Kalau semua setuju, let’s get up and turn off you television …

Kampung Tengah, 22 Februari 2009

Pukul 19.40 wib

Thursday, February 19, 2009

Anda sakit yang tak tersembuhkan? Minum Ponari Sweat …





Beberapa minggu belakangan semua media baik cetak maupun elektronik ramai-ramai mengulas dan menayangkan fenomena dukun cilik Ponari. Entah disengaja atau tidak berita-berita yang diulas wartawan ada yang terkesan dibumbui agar menjadi berita yang menarik dan tentu saja diharap bisa juga menaikkan oplah. Selanjutnya bagai magnet disiang bolong masyarakat berbondong-bondong mendatangi tempat kediaman orang tua Ponari di Jombang berharap kesembuhan atas penyakit yang mereka derita. Alhasil ribuan massa setiap hari mengantri dengan membawa air yang ditaruh di gelas atau kemasan air mineral menunggu tangan cilik Ponari mencelupkan batu bertuah yang konon didapat setelah dia tersambar petir (?).

Ponari, bocah berumur 10 tahun asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur sang pemilik batu bertuah tiba-tiba menjadi terkenal dan menjadi selebritis dadakan. Dia dipaksa atau terpaksa melayani ribuan pasien setiap hari dengan cara mencelupkan batu bertuahnya dengan digendong panitia yang memang sengaja dibentuk agar proses pengobatan bisa terkoordinir. Setiap hari Ponari harus bekerja dari pagi hingga malam untuk melayani pasien-pasien yang datang tidak hanya dari Jombang tetapi juga datang dari berbagai penjuru tanah air. Walau sembari mencelupkan batu dengan tangan kanannya, tangan kiri Ponari bebas melakukan apa saja bahkan bermain-main pistol-pistolan. Pasien yang sebelumnya mendapat pengobatan alternative secara gratis lantas dipungut biaya sebesar Rp 5000 per pengunjung. Ketahanan fisik Ponari sempat drop dan jatuh sakit, badannya demam dan dilarikan ke rumah sakit. Pengunjung pun kecewa.

Kini dusun tempat Ponari berdomisili sepi seperti sediakala, polisi melarang kegiatan pengobatan alternative. Jalan masuk ke kampung ditutup, pasien tidak diperkenankan menyambangi Ponari. Para pasien protes namun tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai pelampiasan air comberan dan tanah liat yang ada di sekitar rumah Ponari pun mereka korek-korek dengan harapan dan keyakinan bisa menyembuhkan.

Fenomena seperti Dukun Cilik Ponari dengan mudah bisa terjadi dan selalu terjadi dimana saja di negeri ini. Masyarakat dengan begitu mudah meyakini hal-hal yang bersifat irasional dan yang berbau gaib. Tidak hanya masyarakat marginal yang mempercayai fenomena seperti ini melainkan para petinggi dan orang-orang yang katanya terpelajar pun juga tidak mau ketinggalan. Yang lebih ironis atau bagi mereka bijak, para pejabat dan aparat justru memfasilitasi praktek-praktek serupa dengan alasan yang bermacam-macam. Alhasil semuanya menjadi mahfum dan yang tadinya bingung juga manggut-manggut tanda setuju atau semakin bingung.

Para pakar tak mau ketinggalan, mereka melontarkan analisa dan kajian tentang fenomena tersebut. Masyarakat yang terlalu capek bekerja atau capek menganggur membaca dan menonton perdebatan ini dengan pasif atau juga antusias. Berbagai prediksi para pakar bergulir dimasyarakat yang justru membingungkan lantaran antara satu pakar dan pakar yang lain berbeda argument. “Masyarakat kita adalah masyarakat magis religious maka fenomena seperti ini akan selalu berulang dimana saja dan kapan saja”, kata salah seorang pakar. “Masyarakat kita pendidikannya masih rendah, tugas pemerintah dan kita semua untuk menyadarkan mereka”, kata seorang pakar pendidikan. “Biaya kesehatan sangat mahal, masyarakat tidak mampu berobat karena tidak ada biaya”, kata seorang politikus yang hendak maju sebagai caleg. Setiap hari kita dicekoki perdebatan tak berujung pangkal dihampir semua media demi membahas seorang bocah yang bernama Ponari.

Kini semua sudah usai, Ponari harus kembali ke sekolah. Sudah sebulan lebih Ponari harus bolos demi sebuah pengobatan atau demi ambisi orang-orang tertentu? Dan para pakar bersiap-siap mengumpulkan referensi untuk permasalahan lain, untuk tema lain yang mudah-mudahan lebih menarik, mudah-mudahan lebih spektakuler. Selamat datang di era showbiz ….

Wednesday, February 18, 2009

CINTA SEJATI






Cinta sejati itu putih, tulus, memberi dan tanpa mengharapkan imbal balik sekecil apapun. Ikhlas, mungkin adalah kata yang tepat untuk itu. Cinta datang kepada siapa saja tanpa permisi, tanpa diundang. Dia datang kepada siapa saja tanpa membedakan asal usul, gender, usia, ras, agama bahkan tidak hirau apakah itu binatang, manusia atau apapun jenisnya. Dia menghampiri, menyalami, menegur, memeluk dan merasuk, menyatu dengan raga, juga jiwa.

Ketika kamu mencintai seseorang tetapi berharap sesuatu balasan maka kamu belum sepenuhnya mencintai. Masih ada nafsu di dalam dirimu yang berkedok cinta. Dia adalah ego yang tersenyum diawal dan meradang ketika tidak mendapatkan apa yang diharap. Cinta dalam tanda kutip yang seperti ini adalah temporer, tidak abadi. Dia tidak tahan terhadap cuaca kehidupan yang fluktuatif. Dia adalah obsesi.

Cinta sejati tidak datang dalam sesaat, dia butuh pembelajaran, dia butuh beradaptasi dengan lingkungan, dia seperti seluruh makhluk hidup bertumbuh, berkembang dan menghablur dalam kedewasaan bersikap dan bertindak.

Cinta sejati adalah hamparan padang luas, bentangan samudra tanpa batas. Dia menembus apa dan siapa saja tanpa bisa kita duga dan kira. Dia universal. Dia tidak membedakan antara cinta si A di Negara Eropa yang maju dengan cinta si C dari negeri termiskin dibelahan bumi Afrika. Dia mempunyai definisi yang sama yang tidak bisa habis dibahas dan digali.

Cinta sejati selalu jadi tema dan pencarian dalam bentangan kurun jaman. Dia dikejar dan dicari oleh semua makhluk namun sayang tidak semua bisa menemukan apa yang dicari walau sampai lembar akhir buku hidup ditutup. Sejatinya dalam hidup adalah mengumpulkan butiran-butiran Kristal cinta yang tersebar disepanjang kehidupan yang kita lewati. Apakah kita menyadari dan memungutinya?

Kampung Tengah, 18 Februari 2009

Jam 24.00 wib.

Tuesday, February 17, 2009

Senam Tangan buat Computer Maniac

Ini nih cara peregangan bagi saudara-saudara yang seharian memegang mouse. Selamat meregang-regang ...

Cara memegang mouse yang baik dan benar






Dengan mengikuti petunjuk di atas mudah-mudahan anda terhindar dari Karpal Syndrome. Selamat bermouse yang baik dan benar ...

Anda Computer Maniac? Hati-hati Karpal Sindrom mengancam tangan anda.




Bagi saudara-saudara yang kerjanya di depan computer mulai detik ini harus lebih berhati-hati. Apa pasal? Pasalnya adalah saudara-saudara punya kemungkinan terserang Karpal Sindrom atau istilah ngilmiahnya adalah Carpal Tunnel Syndrome atau Sindroma terowongan karpal, disingkat CTS. Penyakit apa lagi itu?

Karpal Syndrome adalah suatu gejala pada otot lengan yang ditimbulkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Sindroma ini terjadi bila ada tekanan pada nervus medianus. (Merupakan syaraf gabungan, artinya berfungsi sebagai pembawa "rasa"/ sensorik dan juga sebagai penggerak.) Medianus mempersarafi ibu jari, jari telunjuk jari tengah , dan separuh jari manis.

Bagi saudara-saudara yang sehari-hari bekerja di depan computer harus mulai mewaspadainya. Gara-gara tikus (maksudnya mouse computer) anda bisa-bisa masuk rumah sakit dan tangan saudara di operasi. Wuadduh serem n ngeri banget nih … trus bagaimana dong cara mengatasinya? Caranya …, ya pergunakan mouse dengan baik dan benar. Ini jawaban serius lho Karena ternyata ada kiat-kiat khusus bagaimana memakai atau memegang mouse dengan baik dan benar. Cuma, itu bukan satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari sindrom kapal, eh karpal. Hal-hal yang patut dilakukan untuk mencegah sindrom ini antara lain adalah:

1. Istirahatkan tangan setelah aktifitas 15 hingga 20 menit.

2. Pergunakan pena atau mouse yang agak besar karena ini akan mengurangi tekanan.

3. Selalu upayakan bekerja dengan pergelangan tangan pada posisi lurus.

4. Cara duduk, jarak dengan computer dan lain-lain akan kami tampilkan dalam bentuk gambar (biar lebih mudeng kata orang Inggris).

Apa sih gejala-gejala awal dari Karpal Syndrome ini?

1. Tangan sering kesemutan

2. “Baal” pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.

3. Sulit melakukan aktivitas seperti menggenggam, mengepalkan tangan dan terjadi lemah pada otot tangan sehingga apa saja yang kita pegang bisa terjatuh.

4. Yang lebih gawat lagi bila kita biarkan maka otot pada telapak tangan sisi ibu jari akan mengecil.

O iya, sindrom ini lebih sering menjangkiti kaum hawa atawa perempuan dengan perbandingan 3:1 dengan kaum adam.

Kalau anda memiliki keluhan-keluhan seperti di atas segeralah temui dokter yang anda percaya dan jangan sekali-sekali dibawa ke dukun cilik Ponari entar saudara terinjak-injak lautan massa yang hendak berobat. He he he … Siapa tahu anda sudah memasuki gejala-gejala awal Karpal Syndrome.




Monday, February 16, 2009

BANTING & HANCURKAN COMPUTERMU !!!


Sungguh lucu, dalam beberapa minggu belakangan ini tiba-tiba aku terobsesi untuk bisa menemukan teman-teman lama. Aku tidak peduli apakah itu teman dari masa-masa SD, SMP, SMA, Kuliah, teman kerja atau bahkan teman sepermainan di kampung. Satu per satu nama-nama mereka yang terlintas diotak aku ketik melalui media facebook, google, friendster dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya. Bahkan tidak hanya itu, kartu nama pemberian klien atau rekanan selama aku kerja dalam kurun waktu 19 tahun juga aku keluarkan dan kutelusuri satu per satu. Ada sih satu atau dua yang memang memanfaatkan jasa fasilitas canggih yang bernama internet ini tapi itupun nggak sampai 10%, sedang 90% lainnya tidak aku temukan atau dengan kata lain tidak atau belum memanfaatkan teknologi mutakhir tersebut. Pada suatu malam aku termangu terdiam di depan computer dan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam diriku. Ingatan akan masa lalu belakangan ini memang selalu muncul dipikiran dan tidak mau pergi. Segala macam cara telah aku lakukan untuk menjauh dari computer tapi semakin berusaha menghindar semakin aku ketagihan akan teknologi yang satu ini. Akibatnya fatal, gairah kerjaku menurun dan pekerjaan yang seharusnya sudah aku selesaikan dalam minggu kemarin masih teronggok di atas meja dan belum kusentuh sama sekali. Aku membayangkan wajah-wajah rekanan yang sudah pasti akan complain terhadap kinerjaku, dengan wajahnya yang masam dan emosional memaki-makiku. Persetan dengan mereka, tiba-tiba reflek perlawananku mengedepan dan menang. Selanjutnya aku kembali terbenam dalam permainan ketik mengetik nama-nama dari masa laluku. Si A, si B, si C dan seterusnya dan seterusnya …. Sampai dini hari… setiap hari …

Akibatnya bisa diduga, istriku menegur dan mengatakan bahwa wajahku pucat dan kelihatan loyo serta tiada bergairah. Aku diam saja dan tidak membantah. Aku tahu aku salah bahkan setelah kuhitung-hitung sudah sebulan lebih aku tidak pernah lagi berkomunikasi dengan istri apalagi menyentuhnya. Wah … belum lagi anakku juga protes karena kesempatannya bermain game on line tidak mendapat porsi yang cukup dan layak. Semua penghuni rumah jadi uring-uringan dan gampang tersinggung bahkan hanya karena omongan yang sebenarnya tanpa arti sekalipun. Bahkan bunyi huruf a atau b atau c saja bisa memicu pertengkaran yang tidak masuk akal. Anehnya semua pertengkaran selalu dengan dalih karena internet. Betul, internet telah menjadi kambing hitam.

Karena tidak bisa mengatasi masalah ini aku minta nasihat dari seorang sahabat yang cukup wise di mataku. Setelah aku jelaskan duduk permasalahannya justru jawabannya diluar dugaan sama sekali, “aku juga mengalami masalah yang sama denganmu sahabatku”. Lagi-lagi internet, lagi-lagi tema-teman lama yang jadi biang keroknya. Temanku juga mengalami ketegangan di dalam rumah tangganya karena sebab yang sama persis denganku. Akhirnya kami berdua mencoba mencari jalan keluar dengan meminta nasihat dari teman yang lain dan anehnya teman yang lain itupun mengalami masalah yang sama dengan kami bahkan lebih gawat, dia mau cerai dengan istrinya. Sampai sore hari kami sudah menemui kurang lebih 50 orang teman yang ternyata juga mengalamai hal yang sama dengan kami. Sungguh kebetulan yang tragis dan mengerikan. Rembug punya rembug kami ber 50 sepakat untuk pergi keseorang psikiater. Dengan menyewa bis kami pun menemui sang psikiater namun belum sampai mengetuk pintu, serombongan petugas kesehatan keluar dengan menggotong tandu berisi seseorang yang tidak lain ternyata psikiater yang hendak kami temui. Seorang perawat yang membawa kotak obat tanpa ditanya berkata entah kepada siapa, “gara-gara internet dia ditinggal pergi istrinya bahkan nyawanyapun enggan menempati tubuhnya sendiri. Dia mati dalam sepi. Sudah seminggu mayatnya baru diketemukan. Baunya busuk sekali. Saksi kematian satu-satunya hanyalah sebuah computer yang masih menyala dengan setumpuk kartu nama di atas meja. Berantakan”.

Keesokan harinya seluruh kota gempar, hampir semua orang terjangkit wabah baru, yaitu wabah mencari teman lama di internet. Jalanan jadi sepi, semua orang duduk di depan komputernya masing-masing. Tidak satupun orang sanggup mengatasi wabah yang cukup ganas tersebut karena orang atau pejabat yang seharusnya mengatasi permasalahan ini malah juga terjebak dalam kondisi yang sama seperti warga lainnya. Kota lumpuh, seluruh aktifitas terhenti. Negara dinyatakan dalam keadaan darurat.

Keesokannya lagi tersiar kabar bahwa hampir semua orang diseluruh dunia terjangkit wabah yang sama. Dunia kolaps bahkan presiden dari Negara adi kuasa pun tak luput dari penyakit ini. Namun ada sedikit kabar menggembirakan, ada seorang laki-laki yang sudah tua dan tinggal di kaki gunung yang belum terjangkau teknologi internet tidak terjangkit wabah mengerikan tersebut. Beberapa utusan dari kantor PBB diperintahkan menemuinya untuk meminta nasihat tentang bagaimana kiat-kiat sang kakek sehingga tidak terjangkit wabah berbahaya tersebut. Akhirnya si kakek di bawa ke kota dan didaulat oleh sekjen PBB untuk berbicara live di televisi sekaliber CNN. Semua orang di seluruh dunia menuggu berharap-harap cemas apa jawaban yang bakal didengar.

“saudara-saudaraku dimana saja kalian berada, satu-satunya jalan untuk mengatasi wabah ini sebenarnya susah-susah gampang”, kata pak tua memulai pembicaraan livenya. “Banting dan hancurkan computer kalian sekarang juga !!!”, teriak sang kakek gemetar. “Setalah itu berkemaslah kalian dan pulang kekampung-kampung kalian masing-masing barang satu atau dua minggu. Masalah kalian sebenarnya hanyalah rindu. Rindu pada sanak saudara, teman-teman, kampung halaman yang pada intinya adalah kerinduan pada masa-masa indah waktu lampau. Kehidupan saat ini yang membelenggulah yang menyebabkan kalian depressi dan berhalusinasi seolah-olah masa lalu bisa diraih kembali dengan pertolongan sebuah computer dan internet. Tidak bisa saudara-saudaraku karena waktu terus berjalan maju, dia tidak pernah berhenti apalagi berjalan mundur. Kegilaan ini akan semakin mengecewakanmu setelah mendapati orang-orang yang dulu menjadi sahabat-sahabatmu sekarang tidak sehangat dulu lagi. Kamu juga hanya akan bertemu dengan wajah-wajah keriput yang jauh dari bayangan masa muda dulu. Biarlah hidup mengalir dan mengalir menuju muara hingga suatu saat kalian akan sampai di rumah sejati kalian dan menemukan saudara-saudara dan teman-teman dari masa lalumu tetap seperti masa itu untuk selamanya”. Untuk selamanya, untuk selamanya, untuk …….

Tiba-tiba aku tersadar dari tidur. Aku masih duduk di depan computer. Aku kecapekan. Aku akan beristirahat dan bangun esok hari dengan gairah baru, pasalnya aku memutuskan besok akan mudik bersama keluarga. Pasti sebuah surprise buat anak dan istriku. Tanpa sadar aku tersenyum dan dengan mouse ku klik tombol start – turn off Computer. Jam didinding menunjuk angka 2 dini hari. Aaaaahhhh….

Kampung Tengah, 16 Februari

Pukul 2.00 dini hari