WIWIN DONGENG MANAGEMENT

Tuesday, April 21, 2009

KACAMATA BUAT ANGGIE


Anggie, hari ini kamu boleh tersenyum bahagia

karena Sabtu depan duniamu tak lagi buram, tak lagi muram.

Tertawalah lepas Anggie ku sayang,

dunia warna-warni tidak lagi hanya dimimpi, dia hadir menemani hari-harimu

Dan lihat kehidupan disekitarmu, semua menghampiri, semua menyapa.

Apa kabar Anggie ?

Puisi pendek diatas kutulis mewakili rasa bahagia Anggie dan keluarganya. Kami terharu sekaligus bahagia bisa menjadi bagian dari prosesi kebahagiaan itu sendiri. Kami bangga bisa mewakili para sahabat yang telah dengan tulus membantu dalam mewujudkan mimpi-mimpi Anggie selama ini. Sekali lagi, terima kasih yang sebesar-besarnya buat para sahabat atas perhatian kalian. Kiranya Tuhan akan tersenyum bangga dengan ketulus ikhlasan kalian.

Hari ini Anggie (usia 7 tahun) sudah menjalani beberapa kali pemeriksaan di Rumah Sakit Marinir Cilandak dan di Optic Melawai. Hasilnya mata kanan Spher : -3; Cyl : -3; Axix : 180. Mata Kiri : Spher : -3; Cyl : -4; Axix 180. Hari Sabtu malam kacamata Anggi sudah bisa diambil.

Akhir kata, semoga moment ini tidak berhenti sampai disini melainkan justru menjadi tonggak awal dalam proses bertoleransi dan berempati terhadap saudara-saudara kita yang belum diberi keberuntungan dalam hidup. Marilah berbagi ….


Kampung Tengah, 21 April 2009

Monday, April 20, 2009

Kacamata baru untuk murid baru


Minggu ini kelompok belajar bahasa Inggris lebih meriah dibanding minggu-minggu sebelumnya. Ada beberapa orang tua yang mengantar anaknya untuk mengikuti kegiatan kami. Suasana sangat ramai dan hangat. Melihat kondisi tersebut kami sangat bahagia sekali. Ternyata kegiatan yang sudah berjalan sekitar 3 tahunan ini mendapat respons yang baik dari anak-anak yang tinggal disekitar Ciganjur. Antusiame anak-anak begitu kental terasa dan bagi yang mengikuti secara rutin kegiatan ini kini mulai menampakkan hasilnya.

Ketika sedang sibuk mempersiapkan absen dan bahan pelajaran tiba-tiba ada seorang bapak muda menghampiri kami & memperkenalkan diri. Si bapak muda ini mengantar 2 orang murid baru, keduanya perempuan berumur sekitar 8 atau 9 tahun. Yang seorang adalah putrinya dan seorang lagi keponakan. Kedua anak ini ternyata mempunyai problem yang sama dengan mata. Yang satu berkacamata tebal sedang yang satu lagi belum. Bapak tersebut menjelaskan bahwa sang keponakan belum periksa mata karena alasan biaya. Akhirnya si anak harus duduk di deret paling depan karena semua benda dan temannya akan tampak seperti bayangan pada jarak 2 meter. Keinginannya mengikuti kegiatan ini sudah lama ingin diikuti namun karena alasan penglihatan dan perasaan rendah diri dengan kondisinya membuat mereka selalu menunda-nunda hasratnya. Pagi ini mereka nekad mendatangi kegiatan kami dan mengesampingkan alasan-alasan di atas. Sungguh pemandangan yang mengharukan. Dengan kondisi fisik dan ekonomi yang terbatas tidak menyurutkan antusiame mereka dalam belajar.

Dunia kecil komunitas belajar bahasa inggris ini seakan gambaran realita bangsa ini. Kemiskinan yang semakin meningkat dan ketidakacuhan disekelilingnya yang semakin menggila membuat semakin kecilnya kemungkinan terjadinya titik temu diantara keduanya. Mereka berjalan didunianya masing-masing seolah-olah everything’s well done. Tadi malam aku semakin prihatin ketika seorang teman melempar sebuah tema di facebook tentang kemiskinan yang dilihat di depan matanya dengan harapan mendapat respons positif dari pembaca namun yang terjadi malah sebaliknya. Respons yang datang malah seakan memojokkan si miskin. Ada yang berpendapat kenapa tidak bertani saja di desa mereka masing-masing. Ada juga yang mengatakan siapa suruh datang ke Jakarta dan beberapa pendapat lain yang miring terhadap si miskin. Mungkin yang berpendapat adalah orang yang berpendidikan tinggi dengan kondisi ekonomi lebih dari cukup atau bahkan tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi miskin atau dimiskinkan oleh sebuah system dan tatanan hukum yang tidak memihak mereka. Mungkin yang berpendapat adalah orang yang tidak pernah merasakan sebagai buruh kecil yang di phk sementara kebutuhan keluarga tidak bisa ditunda tunda. Berbicara tentang kemiskinan sangat kompleks & rumit. Ibarat mengurai benang kusut kita bingung mau memulai dari mana. Yang mereka butuhkan bukan perdebatan melainkan solusi.

Malam ini aku dan istri merasakan keresahan yang sama. Kami bicara untuk mencari solusi demi mendapatkan sebuah kacamata bagi si murid baru. Berhubung kami adalah keluarga dengan penghasilan yang tidak besar maka perlu dicarikan alternative terbaik. Akhirnya diputuskan bahwa mulai hari ini kami mesti memotong uang belanja untuk disisihkan sampai dengan hari minggu depan. Dengan jalan apapun kami harus mendapatkan sebuah kacamata buatnya. Kami ingin tetap menjaga semangatnya yang menyala-nyala agar tidak padam. Kami ingin memberikan surprise baginya. Kami hanya ingin mengatakan bahwa kami juga mencintainya. Kami ingin melihat sebuah kebahagiaan tulus si anak ketika minggu depan bisa melihat dengan jelas dunia disekitarnya.

Menjelang pagi diskusi kecil ini pun berakhir. Kami berdua berpelukan dan kurasakan air mata istriku menetes dengan hangat didadaku. Air mata bahagia. Sejurus kemudian kami tertidur dengan pulas karena sebuah problem solved.

Kampung Tengah, 20 April 2009

Friday, April 17, 2009

Apa kabar pak Suharta ?



Pak Suharta

Hari-harimu mengukur panjang jalanan

Berharap sebuah atau lebih kemungkinan

Berharap ada berkah dan kegembiraan.


Pak Suharta

Banyak tempat sudah dilabuh

Banyak watak sudah ditemu

Membentuk watak memperkaya batin

Hati yang lapang


Pak Suharta

Berminggu kau tinggalkan kampung

Berbulan kau tinggalkan anak dan istri

Demi sebuah harapan baru

Demi hidup yang lebih baik


Hari terus berjalan bersalip dengan hitungan angka tak menentu

Namun tak ada jalan lain selain terus melangkah dan menjaja

Kehidupan yang keras bukan sebuah alasan buat menyerah

Melainkan cambuk pemacu diri …


Hari berlalu silih berganti

Hujan dan terik jadi teman beriring

Sepanjang jalan nyanyikan tembang dolanan

Seakan berbunyi “beli aku … beli aku …”


sementara itu jalanan semakin padat

lalu lalang pejalan bak air bah

kepala pak Suharta semakin pening semakin bising

berjalan gontai

sendiri

sunyi


Kampung tengah, 17 April 2009

Monday, March 30, 2009

Virus Peringkat 1 - 5

TOP TEN VIRUS, MARET 2009
(Sumber dari PCMAV.biz)


Tiga peringkat teratas kali ini, ditempati oleh virus import, berturut-turut adalah Conficker, Recycler, dan Autoit. Conficker yang berada di urutan pertama memang memiliki kemampuan menyebar yang luar biasa, dan sampai saat ini ia masih terus bergerak untuk menginfeksi setiap komputer di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Daftar lengkapnya sebagai berikut:

1. Conficker


Virus luar berteknologi canggih ini memang menyebar luar biasa. Bentuknya yang merupakan file DLL (Dynamic Link Library) membedakannya dengan kebanyakan virus lain yang berupa EXE. Kemampuan yang dimilikinya juga bisa disetarakan dengan rootkit. Serta, sifatnya ber-polymorphic membuatnya memiliki tubuh yang berubah-ubah. Pada komputer terinfeksi, user tidak akan dapat membuka situs yang “berbau” antivirius atau Microsoft update. Virus ini juga aktif menyebar di Indonesia dengan menggunakan media removable disk misalkan flash disk. Pada flash disk terinfeksi, Anda akan menemukan file autorun.inf dan direktori RECYCLER yang di dalamnya terdapat sub-direktori dengan nama misalkan S-5-3-42-2819952290-8240758988-879315005-3665, dan pada direktori inilah terdapat file virus Conficker dengan nama biasanya jwgkvsq.vmx yang sebenarnya adalah file DLL.

2. Recycler varian


Yang menjadi ciri khas dari virus ini adalah teknik bagaimana ia menyebar. Yakni “ngumpet” dalam direktori Recycler/Recycler/Recycle Bin. Ia juga diketahui menerapkan teknik code injection agar kode virus bisa “nyangkut” pada explorer.exe. Ini dilakukannya untuk mempersulit user maupun program antivirus sekalipun untuk membunuhnya.

3. Autoit varian


Hampir kebanyakan varian dari virus import berbasis script ini menggunakan icon mirip seperti folder. Virus ini memiliki kemampuan untuk melakukan auto update ke beberapa situs. Ia juga dapat memanfaatkan Yahoo! Messenger sebagai media perantara penyebarannya dengan mengirimkan pesan berisi link ke setiap contact person yang ada di Y!M korban.

4. Yuyun.vbs


Virus yang diciptakan menggunakan Visual Basic Script ini berukuran sekitar 9KB. Pada komputer terinfeksi ia akan membuat banyak sekali file duplikat di setiap folder yang ia temukan dengan nama file autorun.inf, Thumb.db, dalam kondisi ber-attribut hidden, dan sebuah shortcut dengan nama Microsoft. Jika shortcut tersebut diakses, dia memang akan menuju ke suatu folder, tapi dibalik itu virus tersebut juga akan aktif. File Thumb.db disini juga bukan merupakan file milik Windows, tapi melainkan file script virus. Pada komputer terinfeksi juga akan ditemukan sebuah file pesan virus pada direktori Temp user. Di direktori ini juga akan ditemukan file lain yakni script virus yang sudah dalam kondisi ter-decrypt. Karena perlu Anda ketahui bahwa virus ini memang hadir dalam kondisi ter-enkripsi.

5. PisangBakar


Icon yang digunakan virus ini mirip dengan aplikasi WinAmp atau file mp3. Ia dibuat menggunakan Visual Basic dengan ukuran tubuh sekitar 182KB, di-pack menggunakan UPX. Saat menginfeksi komputer, ia akan mencari file .MP3 untuk kemudian dibuat duplikatnya dengan menyerupai nama yang sama, namun dengan extension .EXE. Begitu pula saat menginfeksi flash disk, ia akan membuat sebuah folder baru dengan nama “Lagu baru” yang di dalamnya berisi file “Marley-Bird Of Paradise.Exe”. Pada root drive C: akan ditemukan file “Info Pisang Bakar.Txt” yang berisi pesan dari si pembuat virus, selain itu ada juga file “Pisang Bara.Exe”.

Virus Peringkat 6 - 10

TOP TEN VIRUS, MARET 2009
(Sumber dari PCMAV.biz)

6. Vires varian

Vires atau dikenal juga dengan nama Latifah,dibuat menggunakan visual basic, di-pack menggunakan UPX. Virus ini menyerupai icon seperti layaknya dokumen Microsoft Word. Pada komputer terinfeksi akan ada file C:\L@tif@h.html yang berisi pesan dari pembuat virus.

7. WSar.D

Seperti varian sebelumnya, ia masih dibuat menggunakan VB. Varian ini memiliki ukuran sekitar 108KB, murni tanpa di-pack. Karena icon yang digunakan adalah icon mirip folder, saat beraksi, ia akan mencari folder pada setiap drive yang ada di komputer korban, dan membuat duplikat dirinya dengan nama sama seperti folder asli.

8. Labunreke

Virus lokal yang satu ini akan menyembunyikan file dokumen Microsoft Word, file MP3, JPG, dan 3GP milik Anda. Selain itu pada komputer korban, ia akan mencoba membuat beberapa user account baru seperti kacian, bundrekev, dan la_kalasi. Pada saat startup juga akan menampilkan pesan seperti “Selamat, PC Anda sedang terinfeksi. Data-data loe semuanya aman koq, tapi gue sembunyiin…. ^_^“. Dan masih ada beberapa hal jail lainnya. So, hati-hati jika menemukan file executable yang mirip WinAmp atau file MP3 dengan ukuran sekitar 421KB.

9. Malingsi varian

Virus bertubuh gemuk dengan ukuran besar, contoh pada salah satu varian memiliki ukuran 705.312 bytes. Ia dibuat menggunakan Visual Basic yang di-pack menggunakan PECompact. Sepertinya virus ini ditujukan untuk menyerang virus lain, ini terlihat dari pesan yang ada di tubuhnya. Virus ini berkembang biak dan menyebar menggunakan perantara mIRC, yang bertindak sebagai Bot.

10. FreeMine

Virus lokal ini dibuat menggunakan Visual Basic dengan ukuran file sekitar 68KB tanpa di-pack. Ciri virus ini, iconnya menyerupai Microsoft Word. Saat aktif di memory, ia akan mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan men-terminate setiap aplikasi yang ada dalam daftar black-list di tubuhnya, seperti contohnya Process Explorer. Ia juga dapat menyebar melalui media removable disk, dan pada removable disk terinfeksi akan terdapat file autorun.inf dan Free_Mine.exe.

Monday, March 23, 2009

Sarimin





Sejak kecil aku sering menonton pertunjukan topeng monyet keliling atau yang di kampungku biasa disebut komidi bedhes. Mereka biasa berkeliling dari satu kampung ke kampung lain atau kadang mangkal di depan pasar. Kehadiran mereka selalu menggelitik anak-anak untuk berbondong-bondong menonton aksinya dan tak jarang aku mengikuti mereka keliling kampung hingga jauh dari rumah. Hingga kini aku sudah dewasa pertunjukan topeng monyet masih saja ada dan akhir-akhir ini cenderung meningkat secara kuantitatif. Bahkan sekarang diberi inovasi baru seperti tambahan alat musik keyboard dan pengeras suara.

Selain inovasi-inovasi tersebut di atas ternyata ada yang klasik dari pertunjukan keliling ini yang dari jaman ke jaman tidak berubah, yaitu nama si monyet. Sarimin, ya dari aku kecil di era 70an di kota Malang hingga kini berdomisili di Jakarta nama si monyet tetap sama yaitu Sarimin. Entah kenapa si pemilik selalu memberi nama tersebut. Mungkin perlu diadakan penelitian tentang fenomena ini. Atau nama Sarimin adalah icon bagi bisnis ini, atau nama tersebut membawa hoki?

Apapun prakiraan kita, topeng monyet tetap beraksi. Kerjasama yang kompak antara Sarimin dengan si empunya adalah fenomena lain yang menarik dimana disitu ada terjalin saling pengertian, saling berbagi dan perjuangan hidup.

"Ayo, Sarimin pergi ke pasar .... "

Kampung Tengah, 23 Maret 2009

Mandi Coca Cola

foto by Bunda Syeina

Bukan Coca Cola bukan pula air kopi. Ini adalah foto seorang anak di daerah Putussibau, Kalimantan Barat sedang mandi di sungai. kandungan gambut yang tebal membuat air sungai berwarna kehitam-hitaman. Bersih atau kotor? Sehari-hari penduduk Kalimantan memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, cuci pakaian dan sebagai alat transportasi. Disaat musim kemarau air jadi sulit didapat, alhasil air sungai menjadi sangat vital dan tidak hanya berfungsi seperti di atas melainkan untuk memasak dan lain-lain. Anda tidak percaya? tinggallah di Putussibau barang 6 bulan saja atau yang dekatan dikit seperti Pontianak, masyarakat disana sehari-hari minum air hujan. Pada saat musim kemarau bila tidak ada bantuan dari Pemda maka mereka memanfaatkan air sungai Kapuas untuk memasak & minum.

Kampung Tengah, 23 Maret 2009

Sunday, February 22, 2009

Save your children through Story Telling


Waktu ku kecil, ibu dan nenek selalu mendongengkan cerita kepada kami lima bersaudara sebelum tidur. Banyak dari dongeng-dongeng tersebut yang masih kuingat sampai saat ini, diantaranya si kancil mencuri ketimun, bawang merah bawang putih dan kisah petualangan mbah kung (kakek) dan mbah uti (nenek) pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Cerita-cerita tersebut begitu membekas dalam memori hingga seolah aku mengalami sendiri dan ikut terlibat di dalam alur ceritanya. Tanpa kusadari ada banyak pelajaran yang aku ambil sebagai pembelajaran dan pendewasaan dalam bersikap, bertutur dan bertindak dalam hidup. Sebuah dongeng yang kadang diceritakan secara berulang atau sambil terkantuk-kantuk oleh ibu atau nenek kita ternyata berimplikasi cukup luas walau kadang ia memasuki alam bawah sadar kita tanpa permisi namun ia tetap eksis walau secara tidak langsung dalam keseharian kita.

Waktu berputar dan berubah begitu cepat, kini dongeng tidak lagi mendominasi kehidupan kita digantikan oleh televisi yang menemani dari saat kita bangun tidur di pagi hari sampai kita hendak tidur lagi di malam hari. Dia mendominasi hari-hari tanpa bisa kita tolak karena selalu menyuguhkan segala hal dan dikemas dengan cukup menarik. Mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek keranjingan sebuah kotak ajaib yang bernama televisi ini. Dia menghipnotis alam bawah sadar kita menjadi sosok-sosok yang mengagung-agungkan brand, mengagung-agungkan style yang pada ujung-ujungnya adalah market yang disulap dan dikemas dengan sangat menarik. Semua orang terpukau dan selalu ingin dan berupaya memiliki semua yang ditawarkan. Tujuan hidup menjadi tidak lagi luhur dan mulia melainkan kebendaan dan kepalsuan. Bahkan banyak diantara kita tidak tahu atau lupa tujuan hidup karena terlena dengan mimpi-mimpi yang ditawarkan oleh produsen. Kita dalam menjalani hari-hari seolah tidak berpijak di bumi, kita seolah melayang-layang pada realita abu-abu dan banyak yang meyakininya sebagai tujuan hidup. Sungguh memprihatinkan.

Satu dekade belakangan ini kita terlena dan terpesona oleh acara yang bernama sinetron. Ia hadir tidak lagi sebagai pelepas lelah namun menjadi keharusan. Dia hadir dalam setiap nafas yang kita hirup, dia menjual rasa penasaran dan membuat kita dengan rela harus menyisihkan waktu kita yang berharga untuk selalu setia di depan televisi mengikuti episode demi episode yang tak habis-habis. Ia menyeruak dan merasuk kedalam emosi dan pikiran. Ia mengobrak-abrik tatanan yang selama ini dibentuk para orang tua kita. Ia menguras air mata kita, ia menyulut emosi kita, ia gambaran hidup yang seolah nyata. Perubahan makna dari kehidupan yang religious, kebersamaan, cinta kasih dan tata krama berganti dengan kemarahan, dendam, hedonism, kepalsuan dan begitu banyak lagi norma-norma tak senonoh yang merasuki relung pikiran kita sebagai sebuah kewajaran. Ia datang bagai air bah, tak terbendung, suaranya memenuhi setiap sudut ruang dalam kehidupan. Pola pikir generasi menjadi seragam dan berjalan menuju satu titik yang sama yaitu pasar.

Para orang tua, para pendidik mulai khawatir dengan fenomena di atas namun banyak yang pasrah dan tidak melakukan apapun dengan membiarkan segalanya terjadi begitu saja. What will be will be … Namun ada juga yang mulai gelisah dan membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi di dalam rumah dengan cara membatasi waktu anak-anak di depan televisi, menyaring apa yang boleh dan tidak ditonton. Namun berapa persen yang bisa terselamatkan oleh ganasnya arus globalisasi dan gombalisasi ini, mengingat sehari-hari anak selalu bergaul lebih lama dengan pembantu dari pada dengan orang tua yang dalam era persamaan gender sebagian besar perempuan bekerja lantaran persaingan hidup yang semakin sulit dan ketat? Ayo bertindak sebelum terlambat para bapak-bapak dan ibu-ibu, para pendidik, para sosiolog, pokoknya para bijak bestari semua …

Lamunan dan keresahan ini akhirnya melemparkan aku pada ingatan masa kecil yang begitu kebak dengan makna dan tawa. Berlarian bersama teman-teman di lapangan pada saat bulan purnama, bersekolah dengan kaki telanjang dan banyak lagi kenangan yang membekas yang kesemuanya jauh dari perasaan iri dan dengki, hanya kepolosan anak-anak. Dongeng, dongeng, dongeng dan dongeng, kata itu mengiang-ngiang ditelinga pikirku. Sebuah media pendidikan bermuatan tatakrama, agama dan hal-hal positif lain tanpa ada embel-embel iklan. Di sini anak-anak diajak berimajinasi, diajak berkspresi berdasarkan kapasitas masing-masing. Anak tidak lagi kita suguhkan sesuatu yang instan dan tinggal Leb (kayak iklan makanan aja, he3x). Anak-anak belajar jadi tahu dengan proses berpikir dan bukan tahu karena disodorkan didepan matanya tentang sebuah kebenaran yang relative. Ya, dongeng adalah alternative penyembuh dari keseragaman pikir yang selama ini memang dimau oleh pasar. Ayo, semua para bapak, ibu, kakak, kakek, nenek atau siapapun dia yang punya konsen terhadap kebangkitan generasi yang mandiri, ini saatnya kita menghidupkan dongeng dalam kehidupan anak-anak. Kita bawa anak-anak kealam imajinasi dan pemikiran yang konstruktif. Kalau semua setuju, let’s get up and turn off you television …

Kampung Tengah, 22 Februari 2009

Pukul 19.40 wib

Thursday, February 19, 2009

Anda sakit yang tak tersembuhkan? Minum Ponari Sweat …





Beberapa minggu belakangan semua media baik cetak maupun elektronik ramai-ramai mengulas dan menayangkan fenomena dukun cilik Ponari. Entah disengaja atau tidak berita-berita yang diulas wartawan ada yang terkesan dibumbui agar menjadi berita yang menarik dan tentu saja diharap bisa juga menaikkan oplah. Selanjutnya bagai magnet disiang bolong masyarakat berbondong-bondong mendatangi tempat kediaman orang tua Ponari di Jombang berharap kesembuhan atas penyakit yang mereka derita. Alhasil ribuan massa setiap hari mengantri dengan membawa air yang ditaruh di gelas atau kemasan air mineral menunggu tangan cilik Ponari mencelupkan batu bertuah yang konon didapat setelah dia tersambar petir (?).

Ponari, bocah berumur 10 tahun asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur sang pemilik batu bertuah tiba-tiba menjadi terkenal dan menjadi selebritis dadakan. Dia dipaksa atau terpaksa melayani ribuan pasien setiap hari dengan cara mencelupkan batu bertuahnya dengan digendong panitia yang memang sengaja dibentuk agar proses pengobatan bisa terkoordinir. Setiap hari Ponari harus bekerja dari pagi hingga malam untuk melayani pasien-pasien yang datang tidak hanya dari Jombang tetapi juga datang dari berbagai penjuru tanah air. Walau sembari mencelupkan batu dengan tangan kanannya, tangan kiri Ponari bebas melakukan apa saja bahkan bermain-main pistol-pistolan. Pasien yang sebelumnya mendapat pengobatan alternative secara gratis lantas dipungut biaya sebesar Rp 5000 per pengunjung. Ketahanan fisik Ponari sempat drop dan jatuh sakit, badannya demam dan dilarikan ke rumah sakit. Pengunjung pun kecewa.

Kini dusun tempat Ponari berdomisili sepi seperti sediakala, polisi melarang kegiatan pengobatan alternative. Jalan masuk ke kampung ditutup, pasien tidak diperkenankan menyambangi Ponari. Para pasien protes namun tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai pelampiasan air comberan dan tanah liat yang ada di sekitar rumah Ponari pun mereka korek-korek dengan harapan dan keyakinan bisa menyembuhkan.

Fenomena seperti Dukun Cilik Ponari dengan mudah bisa terjadi dan selalu terjadi dimana saja di negeri ini. Masyarakat dengan begitu mudah meyakini hal-hal yang bersifat irasional dan yang berbau gaib. Tidak hanya masyarakat marginal yang mempercayai fenomena seperti ini melainkan para petinggi dan orang-orang yang katanya terpelajar pun juga tidak mau ketinggalan. Yang lebih ironis atau bagi mereka bijak, para pejabat dan aparat justru memfasilitasi praktek-praktek serupa dengan alasan yang bermacam-macam. Alhasil semuanya menjadi mahfum dan yang tadinya bingung juga manggut-manggut tanda setuju atau semakin bingung.

Para pakar tak mau ketinggalan, mereka melontarkan analisa dan kajian tentang fenomena tersebut. Masyarakat yang terlalu capek bekerja atau capek menganggur membaca dan menonton perdebatan ini dengan pasif atau juga antusias. Berbagai prediksi para pakar bergulir dimasyarakat yang justru membingungkan lantaran antara satu pakar dan pakar yang lain berbeda argument. “Masyarakat kita adalah masyarakat magis religious maka fenomena seperti ini akan selalu berulang dimana saja dan kapan saja”, kata salah seorang pakar. “Masyarakat kita pendidikannya masih rendah, tugas pemerintah dan kita semua untuk menyadarkan mereka”, kata seorang pakar pendidikan. “Biaya kesehatan sangat mahal, masyarakat tidak mampu berobat karena tidak ada biaya”, kata seorang politikus yang hendak maju sebagai caleg. Setiap hari kita dicekoki perdebatan tak berujung pangkal dihampir semua media demi membahas seorang bocah yang bernama Ponari.

Kini semua sudah usai, Ponari harus kembali ke sekolah. Sudah sebulan lebih Ponari harus bolos demi sebuah pengobatan atau demi ambisi orang-orang tertentu? Dan para pakar bersiap-siap mengumpulkan referensi untuk permasalahan lain, untuk tema lain yang mudah-mudahan lebih menarik, mudah-mudahan lebih spektakuler. Selamat datang di era showbiz ….