WIWIN DONGENG MANAGEMENT

Monday, February 16, 2009

BANTING & HANCURKAN COMPUTERMU !!!


Sungguh lucu, dalam beberapa minggu belakangan ini tiba-tiba aku terobsesi untuk bisa menemukan teman-teman lama. Aku tidak peduli apakah itu teman dari masa-masa SD, SMP, SMA, Kuliah, teman kerja atau bahkan teman sepermainan di kampung. Satu per satu nama-nama mereka yang terlintas diotak aku ketik melalui media facebook, google, friendster dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya. Bahkan tidak hanya itu, kartu nama pemberian klien atau rekanan selama aku kerja dalam kurun waktu 19 tahun juga aku keluarkan dan kutelusuri satu per satu. Ada sih satu atau dua yang memang memanfaatkan jasa fasilitas canggih yang bernama internet ini tapi itupun nggak sampai 10%, sedang 90% lainnya tidak aku temukan atau dengan kata lain tidak atau belum memanfaatkan teknologi mutakhir tersebut. Pada suatu malam aku termangu terdiam di depan computer dan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam diriku. Ingatan akan masa lalu belakangan ini memang selalu muncul dipikiran dan tidak mau pergi. Segala macam cara telah aku lakukan untuk menjauh dari computer tapi semakin berusaha menghindar semakin aku ketagihan akan teknologi yang satu ini. Akibatnya fatal, gairah kerjaku menurun dan pekerjaan yang seharusnya sudah aku selesaikan dalam minggu kemarin masih teronggok di atas meja dan belum kusentuh sama sekali. Aku membayangkan wajah-wajah rekanan yang sudah pasti akan complain terhadap kinerjaku, dengan wajahnya yang masam dan emosional memaki-makiku. Persetan dengan mereka, tiba-tiba reflek perlawananku mengedepan dan menang. Selanjutnya aku kembali terbenam dalam permainan ketik mengetik nama-nama dari masa laluku. Si A, si B, si C dan seterusnya dan seterusnya …. Sampai dini hari… setiap hari …

Akibatnya bisa diduga, istriku menegur dan mengatakan bahwa wajahku pucat dan kelihatan loyo serta tiada bergairah. Aku diam saja dan tidak membantah. Aku tahu aku salah bahkan setelah kuhitung-hitung sudah sebulan lebih aku tidak pernah lagi berkomunikasi dengan istri apalagi menyentuhnya. Wah … belum lagi anakku juga protes karena kesempatannya bermain game on line tidak mendapat porsi yang cukup dan layak. Semua penghuni rumah jadi uring-uringan dan gampang tersinggung bahkan hanya karena omongan yang sebenarnya tanpa arti sekalipun. Bahkan bunyi huruf a atau b atau c saja bisa memicu pertengkaran yang tidak masuk akal. Anehnya semua pertengkaran selalu dengan dalih karena internet. Betul, internet telah menjadi kambing hitam.

Karena tidak bisa mengatasi masalah ini aku minta nasihat dari seorang sahabat yang cukup wise di mataku. Setelah aku jelaskan duduk permasalahannya justru jawabannya diluar dugaan sama sekali, “aku juga mengalami masalah yang sama denganmu sahabatku”. Lagi-lagi internet, lagi-lagi tema-teman lama yang jadi biang keroknya. Temanku juga mengalami ketegangan di dalam rumah tangganya karena sebab yang sama persis denganku. Akhirnya kami berdua mencoba mencari jalan keluar dengan meminta nasihat dari teman yang lain dan anehnya teman yang lain itupun mengalami masalah yang sama dengan kami bahkan lebih gawat, dia mau cerai dengan istrinya. Sampai sore hari kami sudah menemui kurang lebih 50 orang teman yang ternyata juga mengalamai hal yang sama dengan kami. Sungguh kebetulan yang tragis dan mengerikan. Rembug punya rembug kami ber 50 sepakat untuk pergi keseorang psikiater. Dengan menyewa bis kami pun menemui sang psikiater namun belum sampai mengetuk pintu, serombongan petugas kesehatan keluar dengan menggotong tandu berisi seseorang yang tidak lain ternyata psikiater yang hendak kami temui. Seorang perawat yang membawa kotak obat tanpa ditanya berkata entah kepada siapa, “gara-gara internet dia ditinggal pergi istrinya bahkan nyawanyapun enggan menempati tubuhnya sendiri. Dia mati dalam sepi. Sudah seminggu mayatnya baru diketemukan. Baunya busuk sekali. Saksi kematian satu-satunya hanyalah sebuah computer yang masih menyala dengan setumpuk kartu nama di atas meja. Berantakan”.

Keesokan harinya seluruh kota gempar, hampir semua orang terjangkit wabah baru, yaitu wabah mencari teman lama di internet. Jalanan jadi sepi, semua orang duduk di depan komputernya masing-masing. Tidak satupun orang sanggup mengatasi wabah yang cukup ganas tersebut karena orang atau pejabat yang seharusnya mengatasi permasalahan ini malah juga terjebak dalam kondisi yang sama seperti warga lainnya. Kota lumpuh, seluruh aktifitas terhenti. Negara dinyatakan dalam keadaan darurat.

Keesokannya lagi tersiar kabar bahwa hampir semua orang diseluruh dunia terjangkit wabah yang sama. Dunia kolaps bahkan presiden dari Negara adi kuasa pun tak luput dari penyakit ini. Namun ada sedikit kabar menggembirakan, ada seorang laki-laki yang sudah tua dan tinggal di kaki gunung yang belum terjangkau teknologi internet tidak terjangkit wabah mengerikan tersebut. Beberapa utusan dari kantor PBB diperintahkan menemuinya untuk meminta nasihat tentang bagaimana kiat-kiat sang kakek sehingga tidak terjangkit wabah berbahaya tersebut. Akhirnya si kakek di bawa ke kota dan didaulat oleh sekjen PBB untuk berbicara live di televisi sekaliber CNN. Semua orang di seluruh dunia menuggu berharap-harap cemas apa jawaban yang bakal didengar.

“saudara-saudaraku dimana saja kalian berada, satu-satunya jalan untuk mengatasi wabah ini sebenarnya susah-susah gampang”, kata pak tua memulai pembicaraan livenya. “Banting dan hancurkan computer kalian sekarang juga !!!”, teriak sang kakek gemetar. “Setalah itu berkemaslah kalian dan pulang kekampung-kampung kalian masing-masing barang satu atau dua minggu. Masalah kalian sebenarnya hanyalah rindu. Rindu pada sanak saudara, teman-teman, kampung halaman yang pada intinya adalah kerinduan pada masa-masa indah waktu lampau. Kehidupan saat ini yang membelenggulah yang menyebabkan kalian depressi dan berhalusinasi seolah-olah masa lalu bisa diraih kembali dengan pertolongan sebuah computer dan internet. Tidak bisa saudara-saudaraku karena waktu terus berjalan maju, dia tidak pernah berhenti apalagi berjalan mundur. Kegilaan ini akan semakin mengecewakanmu setelah mendapati orang-orang yang dulu menjadi sahabat-sahabatmu sekarang tidak sehangat dulu lagi. Kamu juga hanya akan bertemu dengan wajah-wajah keriput yang jauh dari bayangan masa muda dulu. Biarlah hidup mengalir dan mengalir menuju muara hingga suatu saat kalian akan sampai di rumah sejati kalian dan menemukan saudara-saudara dan teman-teman dari masa lalumu tetap seperti masa itu untuk selamanya”. Untuk selamanya, untuk selamanya, untuk …….

Tiba-tiba aku tersadar dari tidur. Aku masih duduk di depan computer. Aku kecapekan. Aku akan beristirahat dan bangun esok hari dengan gairah baru, pasalnya aku memutuskan besok akan mudik bersama keluarga. Pasti sebuah surprise buat anak dan istriku. Tanpa sadar aku tersenyum dan dengan mouse ku klik tombol start – turn off Computer. Jam didinding menunjuk angka 2 dini hari. Aaaaahhhh….

Kampung Tengah, 16 Februari

Pukul 2.00 dini hari

No comments: