WIWIN DONGENG MANAGEMENT

Thursday, September 04, 2008

Rumah Singgah Persaudaraan


Rumahku adalah rumah singgah, ya karena siapa saja bisa singgah di rumahku baik itu sekedar buat ngobrol-ngobrol, nonton tv bareng, berbagi bumbu dapur atau untuk menginap. Siapa saja boleh singgah di rumahku. Bisa saja saudara, teman atau seseorang yang sama sekali tidak aku kenal. Istri dan anakku tidak pernah protes dengan kebiasaanku membolehkan siapa saja singgah di rumahku. Bahkan biasanya istriku malah sibuk memasak masakan yang istimewa kalau pas ada waktu luang. Kalau jadwal kerja istriku lagi padat dia pasti telepon ke pembantu di rumah untuk membeli masakan di warung.

Rumahku atau lebih tepatnya rumah kontrakanku adalah sebuah rumah dua lantai dengan dua buah kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang makan, satu ruang televisi dan 2 ruangan yang aku fungsikan sebagai ruang tamu serta halaman depan yang cukup untuk satu mobil dan 2 motor. Sebenarnya mobil tidak pernah bisa masuk di halaman rumahku karena akses gang masuk ke rumahku sangat sempit, jadi Cuma sepeda motor saja yang bisa parkir di halaman. Lokasinya dikawasan Condet yang konon terkenal dengan dodol Betawi, emping melinjo dan buah salaknya. Untuk sebuah hunian rumahku selayaknya ideal cuma buat keluargaku (istri, anak perempuanku dan seorang pembantu) namun karena seringnya ada penghuni baru maka ruang tidur bisa ada diruangan manapun. Satu kelebihan rumahku ini yaitu bebas banjir. Beberapa kali Jakarta diserbu banjir besar rumahku selalu terhindar. Alhamdulillah.

Siapa saja yang pernah jadi tamu istimewaku? Mereka aku bagi dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah tamu spontan, kedua, tamu bertujuan dan yang ketiga adalah tamu tidak bertujuan karena memang tujuannya belum tercapai atau tidak pernah jelas. Mereka mengenal aku karena memang kenal secara fisik (biasanya berasal dari satu kampung), atau kenal lantaran dia ini adalah temannya temanku bahkan ada yang aku sama sekali tidak kenal yang cuma pernah dengar katanya di rumahku siapa saja boleh menginap. Nah …

Tamu tipe pertama adalah tamu spontan, yaitu tamu yang tidak menginap. Mereka datang biasanya untuk mengobrol, nonton televisi bareng, tetangga yang minta difoto atau para pedagang keliling, pengemis, pengamen yang biasanya kecapekan setelah berkeliling dan mengaso di rumahku. Walau rumahku jauh dari kesan mewah tapi mereka rata-rata betah berlama-lama singgah dan selanjutnya bisa kembali lagi kapanpun mereka sempat atau perlu.

Tamu tipe kedua adalah tamu bertujuan. Mereka biasanya datang dari luar kota pergi ke Jakarta untuk sebuah tujuan dan biasanya menginap antara 2 sampai dengan 7 hari. Mereka ini terdiri dari orang-orang yang datang dari daerah-daerah di jawa dan luar pulau Jawa. Mereka ini antara lain adalah para pedagang yang kulakan pakaian atau barang dagangan lainnya untuk dijual kembali di kampung. Ada juga pengrajin daerah yang mengikuti pameran di Senayan atau Kemayoran dengan harapan produk jadinya (handicraft) bisa dikenal masyarakat luas dan yang lebih penting bisa laku laris manis. Selain itu ada pengusaha kecil yang biasanya menyaksikan pameran untuk melihat produk-produk terbaru agar peralatan usahanya tidak ketinggalan jaman. Lain waktu ada beberapa grup band daerah yang ke Jakarta untuk manggung atau mencari produser buat mempromosikan kepiawaiannya dalam berolah musik. Namun yang paling sering adalah para pelamar kerja yang datang buat interview atau sudah diterima kerja tapi belum mendapatkan tempat kost. Tipe ini biasanya tidak terlalu merepotkan karena biasanya mereka cuma numpang tidur setelah di siang hari sibuk dengan aktivitasnya di luar.

Tipe ketiga adalah tamu tidak bertujuan. Mereka biasanya datang dengan sebuah harapan namun tidak dibarengi dengan skill yang memadai alias bonek. Mereka ada yang datang dan bermimpi jadi musisi, ada yang bermimpi jadi koki handal bahkan ada yang setiap hari kalau ditanya tujuannya bisa berubah-ubah. Mereka ini singgah di rumah antara 1 bulan hingga ada yang mencapai setahun.

Diantara para pesinggah ini ada yang kehadirannya bisa meringankan pekerjaan-pekerjaan rumah namun tidak jarang ada yang justru membebani kami dengan permasalahan mereka. Pernah suatu kali ada pesinggah yang karena frustasi lantaran tidak juga mendapat pekerjaan yang diinginkan tiba-tiba saja menjadi orang yang sangat taat dalam menjalankan ritual keagamaan. Belum cukup sampai disitu, dia bergabung dengan aliran garis keras. Mendadak dia merombak diri mulai dari cara berpakaian yang biasa-biasa saja menjadi yang sangat Arab sekali. Belum lagi bau parfumnya, menyengat dan aromanya masih tercium walaupun orangnya sudah pergi selama setengah jam. Istriku suka pusing dan mual kalau terbaui. Siang hari disaat kami ke kantor dia biasanya mengumpulkan kelompok pengajiannya yang rata-rata berjenggot panjang dan bersorban. Dia berencana hendak berangkat ke Pakistan untuk berjihad. Para tetangga memprotes istriku karena kejadian ini. Untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak kami inginkan akhirnya aku pulangkan dia ke kampung halamannya. Ada juga yang karena sungkan atau malu dia selalu menolak kalau ditawari makan dengan alasan sudah makan di luar. Aku tidak percaya alasannya karena setiap kali mau berangkat melamar kerja pasti istriku yang memberi ongkos transpotasinya. Aku khawatir terhadap kondisi kesehatannya. Namun tidak berapa lama teka-tekinya terjawab. Suatu kali salah seorang pesinggah lain mendapati dia pada tengah malam sedang meringkuk di bawah meja di dapur. Rupanya tiap tengah malam dia masuk ke dapur untuk makan secara diam-diam. Masih banyak cerita-cerita lain yang kadang jenaka, kadang membuat kening berkerut terjadi di rumah singgahku.

Kami sebenarnya bukan orang yang berlebih dari segi penghasilan namun entah dari mana selalu saja ada rejeki halal yang mengalir buat mencukupi kebutuhan hidup para pesinggah. Istriku adalah seorang guru privat bahasa Inggris dan aku selain mengelola Event Organizer kecil juga menambah penghasilan dari menulis cerita anak-anak. Penghasilan kami tidak menentu. Namun Tuhan selalu saja membantu kami dengan caranya yang menakjubkan dan misterius. Kami selalu dicukupkan. Bahkan dalam dua tahun terakhir kami bersama seorang teman di Ciganjur memiliki tidak kurang dari 50 orang anak asuh yang rata-rata berusia sekolah Dasar dan Menengah. Setiap hari minggu istriku memberikan pelajaran bahasa Inggris buat mereka dengan harapan bisa berguna kelak.

Hidup ini memang misteri, tidak bisa seperti hitungan matematika, selalu ada hal-hal yang tidak kita duga dan pahami terjadi. Namun satu hal yang ingin kami bangun bersama istri adalah membangun suatu iklim persaudaraan dan cinta kasih kepada siapa saja tanpa memilih-milih gender, ras, kedudukan sosial atau agama. Mereka, bagi kami adalah saudara, mereka adalah nafas hidup kami, Mereka adalah semangat kami. Dan kami berharap dan selalu berdoa semoga para pesinggah dapat menemukan tujuan hidupnya kelak.

Pada suatu malam aku bermimpi membeli tanah yang cukup luas dan disitu kami bangun barak-barak sederhana tempat para pesinggah mengolah hari dan harapan. Kini kami berusaha mewujudkan mimpi tersebut. Entah kapan akan bisa terealisasi. Tuhan punya rencananya sendiri dan kapanpun dibutuhkan kami siap menjalankan amanahNya.


No comments: